Rabu, 30 November 2011

Satu Kerinduanku


Hujan yang turun sejak sore tadi

Tak mampu mengusir panas dikamarku

Tubuh yang belum terbiasa dengan udara dataran rendah

Memaksa mataku untuk terus terjaga

Mengantar Hatiku mengembara memutar waktu

Dan kini aku mengingatmu

Aku merindukanmu......

Merindukan masa-masa dulu kita bersama

Berbagi cerita...suka dan duka

Taukah kau.....kesedihaku bila mengingatmu

Apakah kau rasakan juga kerinduan yang sama

Kerinduan yang selalu memojokanku pada akhirya

Yang melemahkanku dalam perjalanan ini

Karena kesabaran yang semakin menipis

Tersapu oleh suaramu.....tawamu....

Sahabat....akankah kita bertemu lagi

Akankah kita bersama lagi

Menyerukan Islam...Meninggikan kalam Allah

Kembali PadaMu


Ya Allah sudahkah kau hapus dosa-dosaku
Yang mengisi lembaran hitam masa laluku
Kesombonganku akan kuasamu
Pengingkaranku akan ayat-ayatmu

Gelisahku tak juga berakhir
Dalam pencarianku akan cahayamu
Dalam pencarianku akan cintamu
Ditengah ketakutanku akan azabmu

Ya Allah kini kucari Ridhamu
Dalam bimbingan cahayamu yang mulia
Kan kuikuti petunjukmu
Menjalani hidup sampai akhir perjalanan

Ya Allah jagalah CintaMu selalu dihatiku
Jagalah Setiaku hanya untukMu
Jagalah pembelaanku hanya kepadaMu
MeninggikanMu dan MembesarkaMu
Dengan semua kehinaanku
Dengan semua kerapuhanku 

Angkuh...


Saat ku tatap langit

Khayalku terbang tinggi hendak menembusnya

Walau ku terjatuh lemah tak kuasa

Tak juga khayalku tunduk menyerah

Saat malam datang membawa bintang

Khayalku terbang tinggi hendak merengkuhnya

Walau ku tau itu tak mungkin

Hatiku tak juga berhenti tuk bermimpi

Kini malam tlah berganti pagi

Ku terbangun dengan mimpi yang sama

Mimpi yang slalu erat ku genggam

Dunia....Aku akan menundukanmu!!

Malam ini....Langit nampak hitam tanpa bintang

Namun tak bosan aku memandanginya

Karena disitulah aku melihat lukisan mimpi-mimpiku

Karena disitulah aku melihat keangkuhanku

Keangkuhan yang akhirnya menyerah tak berdaya

Menyerah pada kuasaMu....pada takdirMu

Menyerah pada ketidakberdayaanku

Ingat Dengan Janji


Di disini Allah mengingatkan kepada orang-orang yang telah beriman, beriman kepada Allah. Yaitu orang orang yang tunduk dan taat kepada Allah Allah, tunduk dan taat kepada Aturan Allah, tunduk dan taat kepada kehendak dan keinginan Allah yaitu orang-orang yang mau mengikut kehendak Allah. Di ayat ini Allah mau agar orang-orang beriman memenuhi uqud nya atau janji nya. Janji yang telah di ucapkannya di hadapan Allah. Sebenarnya perjanjian itu bukan hanya telah diucapkan oleh orang yang beriman saja, tapi perjanjian itu telah diucapkan oleh setiap manusia yang akan lahir ke muka bumi. Yaitu perjanjian antara Manusia dengan Allah sebagai mana perjanjian itu Allah kisahnya di surat Al-A’raaf ayat 172.

Dan ingatlah ketika telah mengambil rab kamu dari bani adam dari sulbi mereka keturunan mereka dan telah menyaksikan(mengambil persaksian) mereka atas diri mereka “bukankah aku ini rab kamu”, mereka berkata bahkan kami menyaksikan....

Kita pernah dengar dalam sejarah tentang perjanjian-perjanjian yang pernah terjadi antara indonesia dengan bangsa belanda pada jaman dahulu, ada perjanjian KMB, perjanjian linggar jati, dan banyak lagi perjanjian yang lainnya. Walaupun ida lupa tentang poin-poin yang ada dalam perjanjian itu tapi ida pasti tau dalam perjanjian itu ada poin-poin yang disepakati dan kemudian poin-poin itu harus dijalankan setelah masa perjanjian itu sampai pada masanya perjanjian itu dihapus, betul gak.
Ya tentunya perjanjian kita dengan Allah pun tidak hanya sebatas pada ucapan semata, tapi disertai dengan poin-poin yang merupakan isi dari perjanjian itu. (jangan sepenuhnya perjanjian kita dengan Allah disamakan dengan perjanjian yang terjadi diantara sesama manusia, karena posisinya berbeda). Al-Qur’an. Sebelumnya saya pernah mengatakan bahwa Al-qur’an ini sebagai pandangan yang Allah datangkan kepada kita dari Allah. Pahami bahwa Al-qur’an ini juga merupakan uraian yang Allah jelaskan sebagai poin-poin dari perjanjian kita. Al-qur’an ini yang akan menjabarkan kepada kita bagaimana kita menjadikan Allah sebagai Rab, sebagaimana dijelaskan dalam perjanjinjian di atas.

Ada titik temunya? Bagaimana kita bisa memegang dan memenuhi perjanjian seperti disebutkan di surat al-maidah ayat pertama kalau kita sendiri tidak memahami atau bahkan tidak memenuhi rincian dari perjajian tersebut. Bagaimana kita mungkin kita bisa mengatakan kita telah memegang perjanjian kalau kita malah tidak tau poin-poin apa yang Allah tuliskan dalam Al-qur’an.

Yang harus kita ingat, kita tau ataupun kita tidak tau dengan isi perjanjian itu, Allah akan tetap meminta kepada kita pertanggung jawaban kita dengan perjanjian itu. Lalu bagaimana kita mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah nanti.

Ada lagi titik temunya? Adalah penting bagi kita untuk mengetahui isi perjanjian kita dengan Allah. Supaya kita bisa memegang perjanjian itu, supaya kita tau dengan apa yang akan kita kerjakan, supaya kita tidak menyalahi isi perjanjian tersebut, karena resikonya terlalu besar. Neraka, yang kita tidak mau dimasukan kedalamnya. Sebalik nya kita ingin dimasukan kedalam Surga, yang tentunya untuk itu kita harus dulu memunuhi persyaratannya, karena Surga itupun melupakan poin kesepakatan antara manusia dengan Allah. Kita tidak perlu ragu dengan Allah. Allah Akan memenuhi janji kepada kita. Termasuk surga yang dijanjikan kepada kita, tapi kitanyalah dulu yang harus memenuhi janji kita dulu kepada Allah, jangan sampai Allah menggugat kita karena tidak bisa memegang perjanjian.

Sifat Malu dan Pengaruhnya


Dari Imran Bin Hushain dia Berkata : "Nabi telah bekata : Sifat malu selalu mendatangkan kebaikan" (Hr Bukhari, Muslim dan Ahmad

Malu di sini adalah Malu kepada Allah akan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kehendaknya, malu untuk melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah.

Apabila sifat malu seperti ini tetap terpeliharan dalam diri kita maka jelas ini akan mandatangkan kebaikan kepada kita, karena sifat malu seperti ini akan menjadi rem ketika apa yang kita kerjakan mulai keluar dari jalan yang Allah ridhai. Sehingga pada akhirnya diri kita akan selalu terpeliharan untuk selalu berbuat kebaikan dan terhindah dari hal-hal yang dibenci Allah, menjadikan qulub tetap bersih, dan Kalau qulub bersih maka seluruh anggota tubuh yang lainpun amalannya akan ikut bersih.

Di jaman seperti sekarang ini, rasanya perlu kita selalu instropeksi kembali kedalam diri kita, Adakah rasa malu dalam diri kita kepada Allah ketika kita dengan cerianya membicarakan keburukan orang lain, Apakah ada rasa malu ketika kita sedang menikmati hidup sementara yang lainnya sedang menderita. Apakah malu ketika sedang asik dengan pekerjaan kita semntara Allah memanggil2 kita untuk shalat misalnya.

Setelah menulis ini ternyata masih banyak yang masih harus saya perbaiki. mudahan2 tulisan ini mengingatkan saya untuk selalu menjadi malu di hadapan Allah. Malu untuk menomorduakannya, malu untuk menyepelekannya, malu untuk tidak bersegera dengan perintahnya, malu karena kurang bersyukur kepadanya, malu karena seringkali bersikap atau berbuat yang berlebihan. dan malu2 yang lainnya.